Pemilik Lahan Lokasi Waduk Lambo Minta Kontraktor Dan BWS NTT II Hentikan Semua Aktivitas Di Lahan Mereka

Mbay suaranusabunga.com- Sebagai Pemilik Lahan terdampak yang di rencanakan oleh Pemerintah untuk di bangun Waduk saya minta kepada semua Pihak baik itu Kontraktor pelaksana yang menurut Informasi dari PT.Waskita Karya dan PT.Bumi Indah maupun pihak Balai Wilayah Sungai ( BWS) NTT II untuk segera menghentikan semua aktivitas di lahan kami.
Hal ini di sampaikan Wilibrodus Ou kepada suaranusabinga.com beberapa waktu lalu.
Di jelaskan Wili sebagai pemilik lahan dan warga terdampak pihaknya Menolak Lokasi Waduk di Lowo Se bukan menolak Pembangunan.
Ini Tanah kami yang di wariskan oleh Leluhur melalui perjuangan dan Darah dan yang boleh beraktifitas di atas tanah ini adalah kami sendiri atau orang yang kami Ijinkan ,sehingga kepada siapapun yang tidak berkepentingan tanpa ijin dari kami sebagai Pemilik Lahan kami minta untuk Hentikan Semua Aktifitasnya.
Di jelaskan Wily Ou saat ini pihaknya tetap melakukan aktivitas pertanian seperti biasa dan juga Seremonial Adat tetap di jalankan.
Memang ada orang-orang tidak di kenal yang masih sering melintas tetapi kami selalu bertanya dan juga ada yang diusir karena hendak melakukan aktifitas tanpa ijin katanya.
Sebelumnya salah seorang Pemilik Lahan Siti Aisyah mengatakan Pembangunan di lakukan untuk kesejahteraan semua Masyarakat tanpa harus ada yang di Korbankan.
Lanjut Siti Aisyah pihaknya selaku pemilik lahan tetap menolak Lokasi Waduk Lambo di Lowo Se sampai kapanpun.
” Kami tidak mau akibat keselahan yang di lakukan oleh kami akan merusak masah depan anak cucu kedepan, dampaknya sangat buruk kedepan dan sangat fatal dimana anak cucu tidak di wariskan lahan sejengkalpun” ungkap Siti Aisyah
Kami menawarkan dua Lokasi alternatif terapi kenapa masih di Paksakan di Lowo Se sampai harus bawa Aparat Kepolisian untuk datang ke Lokasi.
Bagaimana bisa pemilik lahan tidak mau tetapi di paksakan supaya terima proyek tersebut kan lucu tegas Siti Aisyah.
Puluhan bahkan Ratusan Tahun kami tinggal menggarap di tanah warisan leluhur tersebut tetapi tiba-tiba kami di paksa harus menerima proyek yang kami tidak butuhkan sama sekali.(Dedi)